Rabu, 28 Oktober 2009

my cerpen,,, "sahabat terbaikku"

filelist.xml">

Hujan turun begitu tebat. Membuat hatiku semakin gundah. Kurebahkan badanku diatas diatas kasur beralasan gambar Mikey Mouse yang kusuka. Kuteringat kenangan masa kecilku bersama Ririn dan Eky. Mereka sejak kecil selalu mempunyai tempat yang istimewa dihatiku. Susah dan suka kami lalui bersama. Rasanya kesedihanpun jadi kebahagiaan. Mereka sahabat terbaikku.

“Tok…tok….tok” Suara pintu kamarku membuyarkan lamunanku. Buru-buru ku sapu air mata yang tak terasa mengalir ini. Terlihat sosok seorang wanita setengah baya yang masih sangat cantik sudah berdiri disampingku. “Riri ! ada telpon dari Ririn, katanya penting “ucapnya sambil membelai rambut ku. Sesaat kurasakan ketenangan menyentuh hatiku. “Iya ma nanti aku turun”.

Dengan berat ku seret kaki ini menuju ruang tengah.

“Halo…..!” Sapaku pelan dan ragu.

“Halo ! Karin ? Ne Rin kamu hari ini nggak ada acarakan ! Kita jalan-jalan yuk” ajaknya.

Ririn yang ceplas-ceplos sesaat membuatku terhibur. Sesaat aku diam. Aku ingin pergi, tapi pasti ini akan membuat hatiku sakit.

“Em……aku mau sech tapi hari ini aku mesti les. Lain kali aja, ya!” Aku terpaksa bohong.

“Sayang banget ! Padahal disanakan ada Angga, kalau gitu aku nggak pergi juga dech. Abes kamu sama aja kya Eky. SIBUK MELLULU” Ucap Ririn jengkel.

“Maafkan aku” Aku hanya bisa mengucapkan itu.

2 bulan ini aku terus menghindari Ririn. Melihat ketulusannya aku jadi merasa bersalah. Tapi aku juga nggak bisa melupakan Angga aku sangat mencintainya. Aku bingung harus bagaimana tiba-tiba aku terkenang masa laluku saat pertama kali bertemu Angga.

Di acara festival sekolah, Angga yang tampan dan baik membuatku terpaku. Jantungku berdekat cepat. Aku tau aku menyukainya. Sepertiga aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan aku yakin dia juga begitu. Sejak perkenalan itu ia jadi sering menemuiku. Tapi hingga diluar jam sekolah. Dia juga sering datang ke rumahku. Dan akhirnya Angga menyatakan cintanya padaku. Kami pun menjadi sepasang kekasih. Aku sangat bahagia tapi perasaan bahagia ini berubah menjadi perasaan bersalah saat aku tau ternyata Ririn juga menaruh hati pada Angga. Sebenarnya aku ingin mengatakan yang sebenarnya pada Ririn tapi aku tak sampai hati. Dulu ia selalu menolongku dan tulus menyayangiku. Sampai-sampai ia rela diskors hanya untuk menyelamatkanku dari fitnah Ninda yang menyebalkan itu. “Kita bertiga jangan sampai berpisah ya…..” Perkataan Ririn itu akan selalu ada dibenakku. Tapi yang membuatku semakin bersalah pada saat aku tau ternyata Ririn dan Angga sudah dijodohkan sejak kecil.

*******

Kupegang amplop pink pemberian Ririn. Ini sudah yang ketiga kalinya aku menghela napas panjang. Seperti ingin melepaskan beban dihatiku ini. Kuharap wajah Angga yang mengernyitkan keningnya. Itu pertanda ia kurang menyukai benda yang ku pegang ini.

“Dari Ririn lagi?” Ucapnya dengan nada jengkel. Aku hanya bisa mengangguk. Mulutku rasanya terkunci. Rasa bersalah ini terus menghantui. Aku merasa sudah mengambil milik sahabatku sendiri. Tanpa melihat isinya Angga menyobek surat cinta itu. “Aku nggak mau begini terus. Ini sudah yang ke 43 kalinya ia menulis ini. Dan aku ingin menjelaskan semuanya pada Ririn biar ia mengerti”.

“Jangan ! Aku belum siap. Dia temanku sejak kecil. Aku sudah menganggapnya sebagai saudara kandungku. Lagi pula aku yang salah. Aku yang telah merebut miliknya”. Tak kuasa ku menahan tangis. Angga tak tega melihatku. Ia mulai memahami perasaanku. Ia memelukku. Sesaat tubuhnya yang hangat turut menghangatkan hatiku.

“Sudahlah ! Kita bicarakan ini nanti saja. Sekarang sebaiknya kau istirahat dulu”.

Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 malam. Tapi mata ini tak bisa ku pejamkan. Perasaan bersalah selalu ada tiap detik dibenakku.

Tugas kimia yang sejak siang tadi tergeletak tak sedikitpun ku perhatikan. Aku bingung. Di satu sisi aku sangat ingin membahagiakan Ririn tapi disisi lain aku juga sayang Angga. Aku juga merasa cemburu dan tak rela jika ia diambil orang lain.

*******

“Karin……! Karin……! hey kok bengong sich. Aku manggil kamu dari tadi kok nggak dijawab ?” Sapa Ririn saat di gerbang sekolah. Dia bersama Eky.

“Maaf ya ! Aku cuman lagi pusing aja” jawabku singkat. Aku tak berani menatap matanya. Aku hanya menunduk. Apalagi dengan keadaan mataku yang kya bola golf. Gara-gara nggak bisa tidur semaleman.

“O……emangnya kenapa ? cerita donk ! Kamu sakit ?” Tanya Eky resah.

“Nggak ! tadi malem aku belajar buat ulangan matematika hari ini.”

“Eh Bu the way cakwey onde-onde ! Aku pinjem buku Kimia donk ! Aku belum ngerjain tugas nech !” Rengek Ririn.

Melihat tampangnya yang imut dan lucu membuatku tak tega. Dengan senang hati ku berikan bukuku.

“Kok tumben kamu nyontek biasanya nggak tuch” Ucap Eky heran.

“Aku belum cerita ya ? Aduh tadi malem aku senang banget, cos ortunya Angga dateng ke rumahku. Ya……sambil dinner gitu dech. Trus aku ma Angga jalan-jalan dech sambil ngobrol. Aku seneng banget lo. Tapi angganya rada-rada jutek gitu. Tapi semakin dia kaya gitu aku jadi semakin suka lo. Pokoknya apapun yang terjadi dia harus jadi milikku dan siapapun nggak boleh ngerebut dia. Aduh ky, Rin kaya gw bener-bener falling in love dech” Ia memelukku dan Eky dengan sangat gembira. Aku semakin merasa bersalah. Tapi aku yang sangat cemburu mendengar cerita Ririn. Aku melihat sinar kebahagiaan terpancar dimatanya. Aku sahabatnya dan aku tau kali ini ia benar-benar jatuh cinta. Tidak pernah ia selama hidupnya sebahagia ini.

Aku tak sanggup lagi. Aku tak sanggup menghadapi ini. Tanpa sadar kakiku sudab berlari meninggalkan mereka. Aku terus berlari, yang ada dipikiranku saat ini adalah pergi. Aku hanya ingin menangis. Ingin melepas semua beban dihatiku.

Selama jam pelajaran berbunyi aku tak bisa mengikuti pelajaran. Aku merasa sangat lelah dengan semua ini. Badanku terasa sangat lelah. Aku memutuskan untuk meminta izin ke UKS. Aku tak bisa menatap wajah Ririn. Semua perasaan terasa berkecamuk.

Kurebahkan tubuhku di atas kasur yang terlihat bersih dan rapi itu. Ruangan itu terdengar sunyi, tenang. Sejenak kupikir tempat ini akan sangat tepat untuk ku membenahi diri. Untuk menata perasaanku.

Tiba-tiba aku merasa ada orang yang menepuk pundakku. Aku sangat terkejut. Setelah ku menoleh terlihat seorang gadis cantik tapi agak tomboi. Aku lega ternyata itu Eky.

“Kamu kenapa ?”, Tanyanya kepadaku.

“Ga ada apa-apa kok ! Itu cuman perasaan kamu aja” Aku coba untuk menutupi kesedihanku.

Eky langsung tersenyum. Matanya seakan-akan menunjukkan kalau dia memahami perasaanku.

“Aku tau kau sedang mempunyai masalah. Apa kau lupa ? Aku dan Ririn adalah sahabatmu sejak kecil. Kami sudah tau kalau kamu sedang ada masalah, Ayo ceritakan padaku, aku berjanji tidak akan menceritakannya pada siapapun !”.

Aku tak sanggup lagi menanggung ini sendiri. Air mataku langsung tumpah dipelukan Eky. Rasanya sangat berat didadaku. Tanpa pikir panjang ku ceritakan semuanya pada Eky. Dia terlihat bingung dan sedih melihat semua ini. Dia juga bingung harus bagaimana.

“Aku memahami posisimu sekarang tapi aku juga memahami bagaimana Ririn !!! Baiklah, aku akan mencoba untuk membujuk Ririn dengan pengertian ! Sekarang ka tenang saja, istirahatlah ! Kita bicarakan ini nanti, Ku lihat tenang saja, istirahatlah ! Kita bicarakan ini nanti, ku lihat selama 2 bulan ini wajahmu agak pucat”.

Aku mengangguk, aku bersyukur bisa memiliki sahabat seperti Eky. Dia sangat pengertian. Jujur saja sesaat hatiku terasa tenang.

“Rin, aku lihat akhir-akhir ini wajahmu pada semakin pucat. Kamu juga terlihat lebih kurus. Kamu kenapa ? Kamu sakit ?” Tanya Eky pada suatu hari.

“Iya sudah satu bulan ini aku lihat kamu kurang bernafsu makan, klo kamu sakit ke dokter aja, kamu jangan sakit ya !” Teman Ririn.

“Iya, tapi aku nggak apa-apa kok” jawabku.

“Ya….., kamu jangan sakit ya Rin, bentar lagi ujian akhirkan selesai, terus aku ama Anggakan mau tunangan !!!” Ucap Ririn tanpa sengaja. “Ups….!” Ririn menutup mulutnya.

Aku dan Eky langsung terkejut. Kami tak bisa berkata apa-apa lagi. Sejenak kurasakan dunia seakan kiamat. Dadaku terasa sangat sakit, sakit ….t sekali. Eky menggengam tanganku diam-diam. Dia menoleh kearahku. Dia tau perasaanku saat ini.

“Hah ! yang benner Rin, cepat amat !, Kan ktia baru mau lulus SMA doank !” Ucap Eky yang berusaha untuk memecah keheningan yang sejenak terjadi.

“Aku juga nggak tau ! Aku bingung banget, keputusannya baru aja tadi malem diambil, dan katanya setelah pertunangan itu, kami akan dikirim keluar negri. Kenapa ya ? Tapi nggak apa-apa dech. Aku juga seneng yang penting aku bisa terus ma Angga !” Wajah Ririn sangat bersinar. Dia mengatakan hal itu tanpa memikirkan perasaanku yang hancur ini.

“Em…..Rin ! aku mau tanya tapi kamu jangan marah ya” Ucap Eky dengan ragu.

“Oh kenapa ? tanya aja”.

“Gini gimana kalo….kalo seandainya Angga itu, em…..ini seandainya aja ya. Seandainya Angga cinta ama orang lain dan dia udah punya orang yang teristimewa dihatinya. Apakah kami bakalan tetap meneruskan pertunangan ini ?”

“Tentu saja donk ! Kalian tau nggak guys, aku nggak tau kenapa baru kali ini aku benar-benar cinta…..ma cowo. Dan kalo pun dia udah punya some one aku nggak bakalan menyerah. Aku akan merebut Angga ! he he he……Dia harus menjadi milikku. Mungkin aku bakalan bunuh diri kalo dia benaran cinta ma orang lain”. Mata Ririn berubah. Dia sepertinya benar-benar mencintai Angga. Aku takut.

Lalu dengan bahagianya Ririn memeluk kami berdua “Tapi kalian dukung aku kan?”. Selama jam pelajaran berlangsung aku tak bisa berkonsentrasi. Terutama pada saat jam olahraga aku merasa tubuhku begitu berat. Aku merasa dadaku di bagian kiri sangat sakit. Aku tak bisa bernafas. Ku coba untuk memaksakan tubuhku. Namun dadaku semakin sakit. Sampai akhirnya tubuhku kehilangan keseimbangan lalu semuanya terasa gelap.

Aku merasa berada disuatu tempat, tempat yang sangat indah. Lalu aku merasakan hawa yang sangat sejuk. Tiba-tiba aku melihat ayahku. Dia mendekatiku. Aku bingung. Aku sangat bahagia bisa melihat ayahku lagi setelah 10 tahun beliau meninggalkan kami”.

“Ayah…..” ucapku lirih. Aku ingin menangis. Aku sangat merindukannya.

Beliau tersenyum. Senyuman itu senyuman terindah yang pernah kulihat. Aku sangat merindukan senyuman itu. Beliau sedikit demi sedikit semakin menjauh meninggalkanku. Aku mengerjakan. Aku mencoba berteriak memanggil beliau. Tapi disaat aku sudah dapat mendekati beliau tiba-tiba Aku mendengar suara.

“Karin ! Karin ayo bangun…..! Jangan tinggalkan aku sendirian. Aku senang, aku sangat sayang kamu….”

Aku bingung. Ingin aku mengejar ayahku tapi aku kenal suara ini. Suara ini sangat kuat menarik hatiku. Suara orang yang sangat aku kenal, Angga.

“Pergilah nak ! belum saatnya kita bersama, belum waktunya…..” Hanya itu yang diucapkan ayahku sebelum beliau menghilang.

Ku coba untuk membuka mataku. Sesaat hanya terlihat remang-remang, semuanya tidak jelas. Sampai akhirnya ku lihat sesosok pria tampan yang sangat ku sayangi. Kulihat dia sangat panik. Dapat kurasakan genggaman tangannya. Dia menggenggam tanganku sangat erat. Aku dapat merasakan kekhawatirannya.

“Rin, kamu sudah sadar ?” Eky membelai rambutku. Rupanya ia bersama Angga sudah menjagaku.

“Aku dimana ?” hanya itu yang ada dipikiranku saat ini.

“Kau dirumah sakit ? tadi kamu pingsan disekolah.” Jawab Eky.

Aku terkejut. Aku takut kalo ibu tau tentang ini, beliau pasti sangat khawatir. Apalagi aku satu-satunya keluarganya.

“Tapi…..tapi ibuku nggak taukan tentang masalah ini. Beliau nggak tau kan kalo aku dirumah sakit”.

“Tenang saja ! beliau belum atau kok. Tapi sebaiknya kamu beritahu beliau. Tidak baik terlalu menyimpan rahasia dari ibumu” tapi sekarang kau istirahat saja. Jangan berpikir apa-apa dulu. Kebetulan ibumu juga sedang pergi keluar kota. Ucap Angga dengan lembut. Ia mengusap kepala ku. Aku semakin sedih karena itu membuatku semakin ingin berpisah dirinya.

*******

Setelah sehari menginap dirumah sakit akhirnya aku bisa keluar dari tempat yang menyebalkan itu. Dan sebelum pulang aku dan Eky sempat mengambil hasil tes kesehatanku. Aku sebenarnya agak rada-rada bingung mengapa dokter sangat memaksa aku untuk melakukan pemeriksaan itu.

“Buka donk ! apa sech hasil laporannya. Kamu baek-baek aja kan ?.

“Suara Eky mengagetkanku saat kami berada diparkiran RS.

Dengan penasaran aku pun membukanya. Tapi setelah memperhatikan isi tes laporan itu. Aku tersentak. Aku terkejut. Rasanya ingin menangis. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku merasa tak kuasa berdiri. Tiba-tiba kertas itu sudah terlepas dan genggamanku. Eky panik. Cepat-cepat ia memungut kertas itu dan membaca isinya ia sendiri sangat terkejut. Eky langsung memelukku. Ia pun menangis.

Ky. Umurku tinggal 3 bulan lagi…., Aku harus bagaimana ?”. Sesaat kurasakan Tuhan tak adil padaku. Rasanya aku ingin berteriak meminta keadilan dirinya. Kenapa semua penderitaan ini harus aku yang menanggungnya.

Ky. Kau harus janji padaku untuk tidak memberitahukan tentang penyakit kanker hatiku pada Angga, biarlah dia bahagia dengan Ririn”.

“Apa ? Ga bisa Angga harus tau”.

“Jangan. Demi Tuhan ! Klo dia tau dia akan sangat sedih. Lebih baik dia membenciku dan melupakanku. Ibu akan mempermudah dia untuk melupakanku yang sekarat ini”. Eky tak bisa berkata apa-apa lagi dia hanya bisa mengangguk sambil menitikkan air mata.

Hari demi hari berlalu. Ku coba untuk menghindari Angga. Dan mengucapkan kata “PUTUS” melalui SMS. Aku tak sanggup kalo harus mengatakannya secara langsung. Aku tak berani. Berkali-kali ia menghubungiku tapi dengan perih aku acuhkan. Ku katakan kalo aku menyukai laki-laki lain.

Penyakitkupun semakin parah. Rasanya ingin ku akhiri hidupku ini. Aku ingin menyusul ayah. Apa gunanya aku hidup, Angga pun sekarang sudah sangat membenciku. Tapi aku basihan pada ibuku. Aku tak ingin dia sedih.

Akhirnya ujian akhir selesai. Dan dengan susah payah aku bisa lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Belum lagi beasiswa yang kudapatkan dari Australia. Tapi menurutku itu tak sia-sia. Aku ingin pergi ke sana. Aku ingin pergi meninggalkan dunia ini tanpa ada seorang pun yang tau. Aku ingin meninggal dengan tenang. Biarlah orang-orang mengira aku pergi dan tak kan kembali foto lama Angga. Hari pertunangan itu tiba. Ririn yang sangat senang. Mencoba memaksaku datang. Dengan senyuman termanis di wajab sahabat itu aku tak tega menolak undangannya. Walaupun hatiku sangat sakit dan terasa di colak-colak.

Malam itu rumah Ririn yang megah menjadi semakin indah. Setiap sudut dihiasi lampu, lilin dan bunga-bunga. Semua orang terlihat sangat bahagia ditempat itu. Terkecuali aku. Aku yang merasa sakit di hati ini tak bisa berkata apa-apa. Eky sangat paham perasaanku. Dia sudah melarangku datang tapi aku bersikeras datang.

Tiba-tiba pandanganku terhenti jsaat melihat Angga yang dari tadi ternyata berada di seberang kolam renang sudah lama memandangiku. Ia memandangku dengan sinis, sinis sekali. Dadaku sangat sesak melihat pandangannya padaku.

Tiba-tiba dia mendekati kami. Semakin dekat tongkatnya semakin aku takut memandangnya. “Akhirnya kamu datang nyonya licik ! mana ? Mana cowo kamu ! Aku kan sudah suruh kamu wajib bawa pacar baru kamu itu. Tapi mana ? dasar cewe pembohong ?” Dia berteriak didepanku. Aku sangat terkejut tak pernah kulihat dia semarah itu. Rasanya ingin aku mati, Aku tak sanggup menyakiti hatinya. Dia terlihat sangat kecewa. Ka Eky sangat marah dan menampakkan tanpa sadara kakiku sudah melangkah menjauhinya. Sambil menangis ku terus berlari menjauhi Angga dan Eky. Aku tak tau lagi apa yang mereka bicarakan. Aku benar-benar tak sanggup menemuinya.

Di bangku taman yang begitu sepi aku menumpahkan semua perasaanku. Aku sangat bingung harus berbuat apa.

Setelah beberapa lama tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan jasnya yang hangat di belakangku. Itu sangat membuat hangat tubuhku yang hampir menggigil kedinginan. Ku toleh orang itu. Dan betapa terkejutnya aku saat ku tau itu adalah Angga. Dia sendiri seperti sangat sedih. Air matanya mengalir. Langkahnya pun sangat lunglai. Dia duduk disebelahku dan langsung memelukku. Pelukan yang begitu erat. Seolah-olah ia tak ingin melepaskannya.

“Kenapa kamu tidak bilang? Kenapa kamu tidak memberitahu aku tentang penyakitmu?” Suara Angga berbisik ditelingaku terdengar begitu lirih. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa mengatakan “karena aku sangat mencintaimu”. Kami berdua saling berpelukan erat dan saling menumpahkan kesedihan.

“Pergilah …..jangan biarkan Ririn menunggumu, jangan hancurkan harapannya”.

“Tidak…..! aku tak akan meninggalkanmu”.

“Aku mohon lakukan demi aku. Umurku tinggal 3 bulan, lebih baik kamu bersama Ririn. Klo tidak aku akan mati”.

Setelah berdebet panjang, Angga dengan begitu berat mencoba menyetujui permintaan terakhirku, dengan berlinang air mata ia meninggalkanku.

*******

Pesta pun dimulai. Ririn terlihat begitu cantik dan sangat bahagia. Hatiku perih saat melihat Ririn memasangkan cincin ke jari Angga. Angga yang berat hati memasangkan cincin itu, menoleh ke arahku, di sudut matanya kulihat air mata. Aku mengangguk untuk meyakinkannya untuk merelakannya. Tiba-tiba sesuatu terjadi, disaat Angga ingin memasangkan cincin itu, Ririn mendadak pingsan. Semua kalut. Aku begitu terkejut. Akhirnya pertunangan pun ditunda.

*******

Ririn langsung dibawa oleh orang tuanya ke RS. Pertiwi. Kami semua bingung dengan kejadian ini. Akhirnya ortunya Ririn menceritakan semua. Ternyata selama ini Ririn menderita Leukimia. Oleh karena itu setelah pertunangan ini Ririn dan Angga akan dibawah keluar negeri. Orang tuanya dan orang tua Angga ingin mengobati Ririn. Karena itu pertunangan ini begitu mendadak. Kami semua terkejut mendengar berita ini, bahkan Ririn sendiri pun tidak mengetahui penyakitnya ini.

Aku lunglai. Tubuhku tak kuat lagi berdiri. Tak kusangka semua akan jadi seperti ini. Duniaku terasa hancur. Sedikit demi sedikit orang-orang yang kucintai mulai pergi meninggalkanku. Kulihat orang tua Ririn sangat sedih. Ibunya tak sampai pingsan menangis. Semalam suntuk kami menunggu di RS. Aku, Eky dan Angga. Semalam itu pula kami hanya diam.

“Ga, tetaplah disisi Ririn….” hanya itu yang bisa kuucapkan setelah melihat keadaan Ririn.

“Tidak, kau kira hanya dia saja yang mau pergi, bagaimana dengan kamu ? Kamu yang kucintai kamu sendiri mau meninggal. Dan kau suruh aku bersama Ririn. Justru aku sangat ingin bersamamu”.

“Ririn sangat mencintaimua, dia benar-benar mencintaimu” sambil menangis aku mencoba meyakinkan Angga.

“Sudah kukatakan aku tidak mencintai Ririn, sedikitpun aku tidak mencintainya. Kau yang selama ini kucintai. Aku hanya terpaksa bertunangan dengan Ririn dan ….” Belum sempat Angga meneruskan ucapannya. Kami bertiga terkejut saat melihat Ririn sudah siuman dan berdiri disamping pintu kamar RS nya. Dia terlihat sangat syok. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Suaraku terkunci. Dia sudah mendengar semua pembicaraan kami.

Ririn sangat terpukul. Dia langsung berlari keluar ruangan dan menyusuri koridor. Serentak kami bertiga mengejarnya. Aku sendiri dengan kondisi yang sangat lelah tidak merasa lagi apa yang kupijak. Yang ada dipikiranku adalah Ririn, Ririn dan Ririn.

Akhirnya Angga bisa menarik tangannya saat ia berada diparkiraan RS. “Pembohong kalian semua membohongiku. Kenapa kalian tega, kenapa kalian tak bilang dan dulu !!! Ririn menjerit. Ia terlihat sangat marah. Aku mencoba menjelaskan tapi dia malah menamparku. Tamparan itu terasa menusuk hatiku. Angga sangat marah melihat ini. Ia dan Eky mencoba menjelaskan semuanya. Tapi dia tidak mau mendengarnya. Dia malah menutup kedua telinganya dan terus berlari keluar.

Dia terus berlari tanpa memperhatikan jalan. Dengan susah payah akhirnya kami bisa menangkapnya. Angga menampar wajahnya untuk menyadarkan kegilaan ini. Dia menangis, dan sudah mulai bisa tenang. Walaupun dia masih sangat kecewa tapi ini sedikit lebih baik. Aku menangis, begitu pula Eky. Eky mencoba memeluk Ririn dan menjelaskan semuanya. Dan sepertinya Ririn mulai memahami keadaan yang sebenarnya. Ririn menangis dan memelukku.

“Aku tau aku yang salah, aku yang berada ditengah kalian berdua Aku egois, aku tak mau melihat kenyataan kalo Angga tak mencintaiku”.

Aku sangat bahagia mendengar Ririn mencoba memahamiku. Dan sadar bahwa aku sangat menyayanginya.

*******

“Ririn ! Sini sayang !” Kuusap kepalanya dengan lembut. Angin berhembus dengan lembut, sunyi ……suasana yang tidak berubah. Sudah 10 tahun berlalu. Tapi kejadian itu tak pernah lenyap dan ingatanku. Tanah pemakaman ini masih seperti dulu dan selalu mengingatkanku padanya. Pada sahabat terbaikku.

Angan-anganku kembali ke masa itu, saat itu kami ingin kembali ke RS namun tiba2 sebuah truk dengan supir yang mengantuk melalui dengan kecepatan sangat tinggi menuju ke arah kami berempat. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku didorong seseorang hingga jatuh ke jalan. Ririn mendorong kami bertiga dengan tenaganya yang masih tersisa.

Dia mengorbankan dirinya demi menyelamatkan kami. Aku sangat terkejut. Aku melihat tubuh Ririn terlempar hampir 3 meter ke atas. Aku berteriak. Tiba-tiba semuanya gelap.

Disaat akhir hidupnya, Ririn berpesan untuk menyumbangkan hatinya untukku. Aku sangat menyayanginya.

“Mama ini makam sapa sech ?” Tanya Ririn, anaku. Aku dan Angga saling berpandangan. Angga tersenyum lembut. Ia membelai rambut anak kami.

“Ini adalah makam orang yang paling papa dan mama sayangi” ucap Angga.

Lalu kami berdua memeluk Ririn. Bagi Ririn akan selalu ada dihatiku. Dan akan menjadi sahabat terbaikku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar